Menurut data dari BKKBN,
penyakit infeksi TBC (Tuberculosis) di Indonesia kasusnya masih sangat
tinggi yaitu terdapat 450 ribu kasus TBC setiap tahunnya dan dari jumlah
penderita tsb ada sekitar 65 ribu orang meninggal. Wah..serem banget
yah ?!. Di indonesia penyakit TBC adalah penyakit penyebab kematian ke-4
setelah stroke, diabetes, dan hipertensi, dan ini terjadi di perkotaan.
Berbeda dengan kasus yang terjadi di kota, penyakit TBC di pedesaan
merupakan penyakit penyebab kematian ke-2 setelah stroke. Penanggulangan
penyalit TBC paru-paru merupakan menjadi tugas pemerintah dan
masyarakat dalam upaya penanganan, pengobatan, penyembuhan, dan
pencegahan penularan (penyebaran) infeksi bakteri yang lebih luas di
masyarakat.
Penyebab Penyakit TBC Paru-paru
Penyebab penyakit TBC adalah diakibatkan adanya infeksi dari kuman (bakteri) yang bernama Mycobacterium tuberculosis
dan biasanya menyerang paru-paru. Selain itu bakteri penyebab TBC ini
juga menyerang organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, usus,
ginjal, kandungan, tulang, bahkan bisa menyerang otak. Penyakit TBC
adalah jenis penyakit yang mudah menular, media penularannya bisa
melalui cairan di dalam saluran nafas yang keluar ketika penderita batuk
atau bersin kemudian terhirup oleh orang lain yang berada di lingkungan
sekitar penderita TBC tsb.
Bakteri
penyebab TBC akan tertidur dan tidak akan menyerang terhadap orang yang
mempunyai tubuh sehat dengan asupan gizi cukup dan daya tahan tubuh
yang baik. Bakteri TBC lebih mudah menular dan menyerang terhadap
orang-orang yang mengalami kekurangan gizi dan daya tahan tubuh yang
buruk. TBC bisa juga menginfeksi orang yang tinggal di lingkungan dengan
udara buruk dan mengandung banyak kuman TBC. Gizi buruk dan lingkungan
yang buruk bisa menyebabkan kuman (bakteri) TBC yang tertidur pulas di
dalam tubuh menjadi aktif.
Serangan infeksi kuman TBC seringkali
muncul tanpa disertai tanda-tanda atau gejala khas apapun, biasanya
indikasi yang muncul cuma batuk-batuk ringan dan hali ini sering
dianggap remeh dan tidak dihiraukan oleh calon penderita. Seorang
penderita infeksi TBC paru-paru dapat dengan mudah menularkan kuman
(bakteri) TBC kepada orang lain di lingkungan sekitarnya baik itu di
rumah, sekolah atau tempat kerja (kantor). Jika sudah menjadi kuman yang
aktif di dalam tubuh, kuman TBC akan terus merusak jaringan paru-paru
hinggga menimbulkan tanda-tanda dan gejala yang khas ketika penyakitnya
sudah dalam keadaan cukup parah.
Ciri-ciri dan Gejala Penyakit TBC Paru-paru
Ciri-ciri gejala awal orang yang terkena
infeksi penyakit TBC bisa dikenali dari tanda-tanda kondisi pada fisik
penderitanya, yaitu salah satunya penderita akan mengalami demam yang
tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama, deman tsb biasanya dialami
pada malam hari disertai dengan keluarnya keringat. Kadang-kadang derita
demam disertai dengan influenza yang bersifat timbul sementara kemudian
hilang lagi. Berikut ini adalah gejala penyakit TBC paru-paru yang bisa
kita kenali sejak dini :
- Ketika penderita batuk atau berdahak biasanya disertai keluarnya darah.
- Penderita mengalami sesak napas dan nyeri pada bagian dada.
- Penderita mengalami deman (meriang panas dingin) lebih dari sebulan
- Penderita berkeringan pada waktu malam hari tanpa penyebab yang jelas.
- Badan penderita lemah dan lesu
- Penderita mengalami penurunan berat badan dikarenakan hilangnya nafsu makan
- Urin penderita berubah warna menjadi kemerahan atau keruh. Ciri gejala ini muncul pada kondisi selanjutnya
Cara Pengobatan Penyakit TBC Paru-Paru
Apakah
TBC bisa disembuhkan ? Tentu saja bisa, upaya dan tindakan untuk
menyembuhkan TBC perlu diadakan diagnosis penyakit terlebih dahulu,
seorang dokter akan melakukan pemeriksaan fisik penderita terutama pada
bagian paru-paru dan dada. Selanjutnya pemeriksaan dilakukan dengan
bantuan foto rontgen pada bagian data, pemeriksaan dahak dan darah
penderita dengan test laboratorium, dan pemeriksaan dengan tes
tuberculin (mantoux/PPD). Pengobatan infeksi TBC adalah jenis pengobatan
penyakit jangka panjang, biasanya lama pengobatan 3 samapai dengan 9
bulan dan penderita harus minum paling sedikit 3 macam obat. Selama
pengobatan, penderita (pasien) harus tekun dan disiplin minum obat dan
secara rutin melakukan kontrol ke dokter untuk memastikan progres
pengobatan hingga pasien dianggap benar-benar sembuh total. Setelah
penderita TBC minum obat 2 sampai dengan 3 bulan biasanya gejala-gejala
TBC akan hilang dan hal ini yang menjadi faktor penyebab malasnya
penderita meminum obat dan melakukan kontrol ke dokter secara rutin.
Jika penderita malas minum obat dan
melakukan kontrol akan membuat proses pengobatan TBC menjadi tidak
tuntas dan obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan menjadi tidak
mempan terhadap kuman/bakteri TBC (resisten). Selanjutnya kuman TBC
harus diobati dengan obat-obatan lain yang lebih keras dengan harga yang
lebih mahal. Pengobatan penyakit TBC jangka panjang biasanya
menimbulkan dampak dan efek samping bagi penderita (pasien). Efek
samping tsb biasanya berupa nyeri perut, gangguan penglihatan dan
pendengaran, urine yang keluar waktu kencing seperti air kopi, demam
tinggi, muntah, timbul gatal-gatal dan
warna kemerahan pada kulit, timbul rasa panas pada bagian kaki dan
tangan, badan lemas, serta mata dan kulit kuning. Oleh karenanya penting
bagi pasien untuk melakukan kontrol secara rutin dan menyampaikan
segala efek samping yang timbul kepada dokter, sehingga dokter dapat
memantau progres pengobatan dan menyesuaikan dosis, mengganti obat
dengan jenis obat lain bahkan jika diperlukan dokter dapat melakukan
pemeriksaan laboratorium lanjutan sampai dengan proses pengobatan
penyakit TBC benar-benar tuntas sebagai upaya pencegahan TBC agar tidak menular ke orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar