Jumat, 18 Oktober 2013

MANFAAT IKAN KUTUK / GABUS




Alternatif herbal mengobati atau menyembuhkan luka bekas operasi caesar dengan Ikan kutuk. Operasi caesar adalah operasi yang dilakukan pada wanita hamil dalam keadaan tertentu baik itu karena faktor kesehatan atau faktor lain yang mengharuskan operasi caesar di lakukan. Masa kritis pasca persalinan caesar memang lebih lama ketimbang persalinan normal. Persiapan persalinan caesar dibandingkan persalinan normal memang khusus. Selain urusan anastesi (lokal atau total), biasanya calon ibu diminta berpuasa. Cara melahirkan caesar mungkin lebih singkat tapi luka yang di akibatkan bekas cesar akan di alami dalam waktu yang lama (karena kurang dirawat) bahkan seringkali bekas lukanya
tidak hilang (membekas). Lalu mungkinkah calon ibu yang bersalin secara operasi takkan sukses menyusui eksklusif.
Bayi yang terlahir dengan operasi cesar, cenderung lebih banyak tidur dan terlihat lesu karena terkena imbas obat anestesi operasi caesar, ketimbang bayi yang terlahir normal. Untuk membantu menstimulasi produksi ASI, Anda bisa “meminta” bantuan bayi terus menghisap ASI dengan membangunkannya. Butuh waktu beberapa hari bagi bayi agar dirinya lebih banyak bangun dan terus menghisap ASI.
Pengobatan alternatif luka caesar dengan perawatan yang bersih akan membuat luka tersebut cepat membaik. Biasanya luka caesar yang susah sembuh di karenakan beberapa hal seperti kurang darah (anemia), pemberian obat antibiotic (untuk mencegah kuman dan bakteri), atau si ibu punya penyakit lain seperti diabetes (gula) dan kurangnya rawatan pada luka di karenakan kesibukan. Pemberian obat antibiotik secara terus memerus tanpa disadari justru akan menimbulkan kekebalan pada kuman atau bakteri.
Pengobatan Alternatif luka caesar dengan menggunakan obat herbal bukan hanya untuk proses penyembuhkan tetapi anjuran herbal yang baik di konsumsi untuk perawatan luka caear supaya cepat sembuh dan luka pun tidak membekas. Khasiat seperti ini tidak semua herbal ada hanya dalam beberapa obat herbal saja seperti khasiat yang dimiliki oleh Ikan Kutuk.
Ikan Kutuk
Potensi Serum Albumin Ikan Kutuk
MALANG, Kompas – Guru besar pertama untuk Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (Unibraw) akan dikukuhkan hari Sabtu (4/1) ini, dengan materi pidato pengukuhan mengenai hasil penelitian albumin pada ikan gabus. Penelitian ini sangat berpotensi untuk menggantikan serum albumin yang mencapai Rp 1,3 juta per 10 mililiter.
Demikian disampaikan Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS dalam jumpa pers, Jumat (3/1), di Malang. Ia hari ini akan dikukuhkan sebagai guru besar pertama untuk Fakultas Perikanan Unibraw.
Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar 60 persen. Manfaatnya untuk pembentukan jaringan sel baru. Di dalam ilmu kedokteran, albumin ini dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah, misalnya karena operasi atau pembedahan.
Pada masa krisis saat ini, impor serum albumin yang dimanfaatkan sering membebani biaya pasien. Untuk satu kali pembedahan, penggunaan serum ini bisa mencapai tiga kali 10 mililiter itu.
Pada penelitian Eddy, ternyata di dalam ikan gabus atau dikenal secara lokal sebagai ikan kutuk ini, terdapat albumin pula. Dan, ini tidak terdapat pada jenis ikan konsumsi lainnya, seperti ikan lele, nila, mas, gurami, dan sebagainya.
“Masyarakat sampai sekarang sangat sedikit yang mengenal manfaat ikan gabus ini. Padahal, ikan gabus ini masih mudah ditemukan,” kata Eddy.
Salah satu lokasi yang banyak ditemukan jenis ikan gabus, di antaranya di Bendungan Sengguruh atau bendungan lainnya. Masyarakat setempat yang berpencaharian mencari ikan sering memperoleh jenis ikan gabus ini. Tetapi, hasilnya masih jarang digunakan untuk menunjang kegiatan medis, terutama bertujuan untuk menggantikan serum albumin yang mahal itu.(NAW)
Testimoni Ikan Kutuk
SUATU hari Eddy Suprayitno berburu ikan gabus. Hasil tangkapannya langsung dikukus. Air yang menetes dari ikan bernama latin Ophiocephalus striatus itu kemudian diteliti di laboratorium. Eureka! Dosen perikanan, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, itu menemukan kadar albumin cukup tinggi dalam kandungan ekstrak sang gabus.
Menurut teori, kandungan albumin yang tinggi bisa mempercepat kesembuhan luka operasi dan luka bakar. Eddy lalu mengumpulkan 12 ekor tikus putih untuk menguji teori tersebut. Setelah berhasil, pria kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, 43 tahun lalu itu mengirimkan resepnya ke Rumah Sakit Syaiful Anwar, Malang. Ekstrak dari 2 kilogram ikan gabus per hari diberikan pada sejumlah pasien yang memiliki kadar albumin rendah (1,8 g/dl).
Hasilnya, setelah delapan hari, kadar albumin di darah pasien menjadi normal, yakni 3,5-5,5 g/dl, dan luka operasi sembuh tanpa efek samping. Albumin merupakan protein yang paling banyak terkandung dalam plasma, sekitar 60% dari total plasma, atau 3,5 sampai 5,5 g/dl. Protein, yang banyak dijumpai pada telur, darah, dan susu ini memiliki fungsi biologis pengangkut asam lemak dalam darah.
Albumin juga berperan mengikat obat-obatan yang tidak mudah larut, seperti aspirin, antikoagulan koumarin, dan obat tidur. Selain mengobati luka bakar dan luka pascaoperasi, albumin bisa digunakan untuk menghindari timbulnya sembap paru-paru dan ginjal, serta carrier faktor pembekuan darah.
Sejak 1999, Eddy menggeluti penelitian itu. Hasilnya, Sabtu dua pekan lalu, suami Titik Dwi Sulistyai itu dikukuhkan sebagai guru besar (termuda) ilmu biokimia di Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya. “Saya ingin meningkatkan status ikan gabus dan membantu masyarakat kecil,” katanya.
Eddy mengaku terinspirasi orang-orang Cina yang mengobati luka bakar dengan memakan ikan gabus. Selama ini, untuk mengobati luka bakar dan pascaoperasi digunakan serum human albumin yang diproduksi dari darah manusia. Untuk mengobati luka pascaoperasi dibutuhkan tiga ampul serum albumin, Rp 1,3 juta per ampulnya. “Kasihan orang yang tidak mampu,” ujar Eddy, yang memperoleh gelar doktor-nya di Universitas Airlangga, Surabaya.
Dengan meminum ekstrak ikan gabus, pasien hanya membutuhkan 24 kilogram ikan gabus untuk menyembuhkan luka operasi atau luka bakar. Malah, menurut Eddy, luka dapat sembuh tiga hari lebih cepat ketimbang menggunakan serum albumin. Jika harga sekilo ikan gabus Rp 20.000, total biaya tak lebih dari Rp 500.000.
Namun, Hafid Bajamal, ahli bedah pada Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, berpendapat lain. Katanya, pemberian albumin hanya dilakukan bila tubuh benar-benar membutuhkan. Alasannya, proses penyembuhan luka sudah diatur tubuh. Penderita luka pascaoperasi, menurut Hafid, lebih efektif menggunakan serum albumin.
Dokter di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, itu mengakui, rumah sakit tempatnya bekerja pernah menggunakan ekstrak ikan gabus untuk menyembuhkan luka pascaoperasi, tapi hasilnya tak seperti yang diharapkan. “Pemberian albumin ikan gabus lebih cocok untuk penyembuhan jangka panjang,” katanya.
Toh, temuan Eddy sudah dilirik PT Otsuka Indonesia, produsen cairan infus yang bermarkas di Lawang, Malang. Kini, Eddy melanjutkan penelitian untuk memproduksi albumin dalam bentuk salep dan bubuk. “Saya ingin tahu, mana yang lebih efektif,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar